Selasa, 27 Maret 2012

Penalaran Induktif


Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan ( premis ). Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut.


Menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan.


Generalisasi

Generalisasi ialah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal ini dapat kira simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu.

Contoh:

  • Jika dipanaskan, sendok memuai
  • Jika dipanaskan, garpu memuai
  • Jika dipanaskan, pisau memuai
  • Jadi, jika dipanaskan, besi memuai


  • Jika ada air, ikan akan hidup
  • Jika ada air, udang akan hidup
  • Jika ada air, cumi-cumi akan hidup
  • Jika ada air, hewan yang tinggal di dalam air akan hidup
Analogi

Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.

Contoh:

  • Adi adalah lulusan fakultas ekonomi
  • Adi dapat menjalankan tugasnya dengan baik
  • Ali adalah lulusan akademi militer
  • Oleh sebab itu, ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, bola di tusuk, akibatnya kempes. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Jack jatuh dan ia terluka. Ia di gigit nyamuk dan akhirnya bentol. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut.

Sebab-Akibat

Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.


  • Tadi pagi hujan begitu deras, sehingga mengakibatkan banjir

Akibat-Sebab

Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.


  •  Anton terjatuh dari sepeda, dikarenakan ia mengemudikan sepeda dengan kecepatan tinggi

Akibat-Akibat

Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut.
  • Ketika pulang ke rumah, Javier melihat kandang kelincinya pintunya terbuka. Javier langsung menyimpulkan bahwa kelincinya pasti sudah tidak ada di kandangnya.


Salah Nalar

Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keluru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cata pikirannya. Apabila kita perhatikan beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia secara cermat, kadang-kadang kita temukan beberapa pernyataan atau premis tidak masuk akal. Kalimat-kalimat yang seperti itu disebut kalimat dari hasil salah nalar. Kalau kita pilah-pilah beberapa bentuk salah nalar itu. Kita dapat membagi salah nalar itu dalam beberapa macam. Yaitu sebagai berikut.